PENGERTIAN PROSES MENUA
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury termasuk adanya infeksi (Paris Constantinides, 1994). Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur.
TEORI-TEORI PROSES PENUAAN
1. Teori Biologis
· Teori genetik dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).
· Immunology slow theory
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
· Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
· Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
· Teori rantai silang
Reaksi kimia sel-sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
2. Teori Psikologi
Pada lansia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada lansia menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.
3. Teori Sosial
· Teori interaksi sosial
Mauss (1954), Homans (1961), dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa.
· Teori penarikan diri
Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
· Teori aktivitas
Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
· Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
· Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa.
· Teori stratifikasi usia
Wiley (1971) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban, dan hak mereka berdasarkan usia.
4. Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. James Fowler meyakini bahwa kepercayaan/demensia spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA
Sering kali pasien lanjut usia disalahartikan sebagai pasien geriatri. Padahal, pasien lanjut usia belum tentu pasien geriatri, sedangkan pasien geriatri dengan sendirinya merupakan pasien lanjut usia. Pasien geriatri memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan pasien dewasa lainnya. Selain itu, pasien geriatri menunjukkan sejumlah gejala yang khas terdapat pada populasi lanjut usia. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lanjut usia, perawat perlu memperhatikan beberapa hal, karena:
1. Populasi lanjut usia sangat heterogen. Artinya, tidak semua individu lanjut usia memerlukan asuhan keperawatan dalam bentuk dan jenis pelayanan yang sama. Secara keseluruhan, lanjut usia termasuk golongan populasi yang rapuh terhadap kesehatan, tetapi dalam derajat yang berbeda-beda. Dari aspek kesehatan, perbedaan ini dapat terlihat dari kondisi lanjut usia yang:
a. Sehat
b. Setengah sakit dan setengah sehat
c. Sakit akut (akut ringan, sedang, dan berat)
d. Sakit kronis
e. Sakit gangguan mental (termasuk demensia)
f. Sakit terminal
g. Sakit tidak ada harapan untuk sembuh/hidup.
Selain itu, perawat perlu juga memperhatikan aspek psikologis dan sosial ekonominya.
2. Jenis asuhan keperawatan yang dibutuhkan sangat bervariasi. Harus diingat bahwa heterogenitas populasi lanjut usia yang ada disertai kenyataan bahwa aspek fungsional seorang lanjut usia bergantung pada tiga faktor, yakni faktor fisik, psikis, dan sosial-ekonomi. Oleh karena itu, jelas bahwa akan terdapat banyak jenis asuhan keperawatan yang dibutuhkan. Perawat profesional harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memberi asuhan keperawatan gerontik di berbagai tingkat tatanan pelayanan. Pada dasarnya, secara garis besar asuhan keperawatan gerontik dibagi dalam dua area, yaitu asuhan keperawatan gerontik di tatanan klinis dan asuhan keperawatan gerontik di tatanan komunitas.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada kedua area tersebut, perawat harus menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi mengkaji, merumuskan diagnosis keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan (intervensi), melaksanakan tindakan keperawatan (implementasi), dan mengevaluasi.
3. Asuhan keperawatan ini membutuhkan keterkaitan dengan semua bidang, antara lain kesehatan, sosial, agama, olahraga, atau kesenian. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lanjut usia, perawat memerlukan pendekatan tertentu. Hal ini mengingat lanjut usia memiliki berbagai masalah kesehatan dan kekhususan serta mengalami penurunan faal di berbagai organ tubuh dan biasanya banyak mengonsumsi berbagai obat (multifarmasi).
SIAPAKAH PASIEN GERIATRIK ITU?
Tidak semua pasien yang berusia di atas 60 tahun itu adalah pasien geriatrik. Hal ini perlu penjelasan lebih lanjut karena penanganan pasien geriatrik berbeda dengan pasien/penderita golongan populasi lain. Penyebab perbedaan penanganan terutama dalam memberi asuhan keperawatan karena:
1. Terjadi berbagai perubahan pada semua orang yang mencapai usia lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, misalnya penurunan daya ingat, penurunan pendengaran, dan penurunan penglihatan. Memang sulit untuk membedakan antara penurunan akibat proses fisiologis dan akibat yang terjadi karena gangguan patologis (mis., osteoporosis dan aterosklerosis).
2. Terjadi akumulasi proses patologis kronis yang biasanya bersifat degeneratif. Sekali terkena penyakit degeneratif, tidak akan bisa sembuh. Semakin banyak gejala sisa penyakit degeneratif ini, akan memperberat penyakit lain.
3. Berbagai keadaan sosial-ekonomi dan lingkungan sering tidak membantu kesehatan dan kesejahteraan sosial penderita lanjut usia. Biasanya kondisi ini berhubungan pula dengan kesulitan dalam memperoleh lingkungan yang memadai.
4. Biasanya, lanjut usia yang menderita berbagai penyakit sering pula memakan berbagai macam obat yang bisa menimbulkan penyakit iatrogenik.
5. Episode penyakit akut baik fisik maupun psikologis merupakan keadaan yang memperberat berbagai keadaan lanjut usia dan sering menyebabkan kematian.
MENGAPA HARUS PEDULI PADA LANJUT USIA?
Adanya kepedulian terhadap terhadap lanjut usia karena:
1. Populasi lanjut usia di Indonesia semakin bertambah banyak
2. Sesuai budaya bangsa Indonesia, lanjut usia mempunyai hak untuk:
a. Mendapatkan tempat yang terhormat/dihormati dan dihargai
b. Memperoleh pelayanan dan perawatan kesehatan
c. Mendapatkan pelayanan khusus dari pejabat pemerintah dalam urusan memperoleh KTP seumur hidup
d. Mendapatkan perlindungan hukum, terutama yang berkaitan dengan pengamanan lanjut usia dan harta kekayaannya
3. Pensiunan dan masalahnya
4. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
5. Pemerataan pelayanan kesehatan
6. Mahalnya obat-obatan
7. Kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakit
8. Kewajiban pemerintah terhadap orang cacat dan lanjut usia
9. Perkembangan ilmu gerontologi dan geriatri
10. Semua orang akan menjadi lanjut usia
Perawat harus mempunyai kepedulian dan perhatian serta kasih sayang kepada lanjut usia, agar lanjut usia dapat mencapai kondisi dan menikmati hari tua dengan tenang, aman, tenteram tanpa tekanan batin dan sehat, sejahtera, berguna, produktif, berkualitas, dan bermartabat, sehingga bila meninggal, ia dalam keadaan “mati dengan tenang dan ikhlas”.
ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
Keperawatan adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang berdasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini, asuhan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien bersifat komprehensif, yang ditujukan kepada individu, kelompok, keluarga dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Asuhan keperawatan gerontik diberikan berupa bantuan kepada klien lanjut usia karena adanya:
1. Kelemahan fisik, mental, dan sosial
2. Keterbatasan pengetahuan
3. Kurangnya kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri
Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia:
1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan, sehingga memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hayatnya.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan mereka yang usianya telah lanjut dengan perawatan dan pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia.
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami gangguan tertentu (baik kronis maupun akut).
5. Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit/gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia:
1. Peningkatan kesehatan.
2. Pencegahan penyakit (preventif).
3. Mengoptimalkan fungsi mental.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Proses Keperawatan Lansia
Proses keperawatan pada lansia meliputi hal-hal di bawah ini :
1. Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat, dan sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama pengkajian harus dapat dipahami dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan pemberi pelayanan interdisipliner.
Tujuan pengkajian:
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk berkomunikasi.
Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial, dan spiritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan (CGA : comprehensive geriatric assessment).
Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia di panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan penanggung jawab kelompok lansia, cultural, tokoh masyarakat, serta petugas kesehatan.
Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format pengkajian pada lansia yang dikembangkan sesuai dengan keberadaan lansia. Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas: data dasar (identitas, alamat, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, dan suku bangsa); data biopsikososialspiritualkultural; lingkungan; status fungsional; fasilitas penunjang kesehatan yang ada; serta pemeriksaan fisik.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (potensial). Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu : PES : Problem, etiologi dan symptom. Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada lansia adalah :
1) Fisik/biologis
a) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat.
b) Gangguan persepsi sensorik : pendengaran/penglihatan b/d gangguan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
c) Kurangnya perawatan diri b/d menurunnya minat dalam merawat diri.
d) Resiko cidera fisik (jatuh) b/d penyesuaian terhadap penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.
e) Perubahan pola eliminasi b/d pola makan yang tidak efektif.
f) Gangguan pola tidur b/d kecemasan atau nyeri.
g) Gangguan pola nafas b/d penyempitan jalan nafas.
h) Gangguan mobilisasi b/d kekakuan sendi.
2) Psikologis-sosial
a) Menarik diri dari lingkungan b/d perasaan tidak mampu.
b) Isolasi sosial b/d perasaan curiga.
c) Depresi b/d isolasi sosial.
d) Harga diri rendah b/d perasaan ditolak.
e) Koping yang tidak adekuat b/d ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara tepat.
f) Cemas b/d sumber keuangan yang terbatas.
3) Spiritual
a) Reaksi berkabung/berduka b/d ditinggal pasangan.
b) Penolakan terhadap proses penuaan b/d ketidaksiapan menghadapi kematian.
c) Marah terhadap Tuhan b/d kegagalan yang dialami.
d) Perasaan tidak tenang b/d ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.
3. Intervensi Khusus pada Lansia
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan pada lansia disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup : (1) Perumusan tujuan, (2) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan (3) Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana keperawatan :
Ø Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik di mana diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar.
Ø Libatkan klien dan keluarga dalam perencanaan.
Ø Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait.
Ø Tentukan prioritas. Klien mungkin sudah puas dengan kondisinya, bangkitkan perubahan tetapi jangan dipaksakan, rasa aman dan nyaman adalah yang utama.
Ø Sediakan waktu yang cukup untuk klien.
Ø Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah dibuat.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar lansia antara lain :
a) Pemenuhan kebutuhan nutrisi
b) Meningkatkan keamanan dan keselamatan
c) Memelihara kebersihan diri
d) Memelihara keseimbangan istiraahat / tidur
e) Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif
a) Pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia
Peran pemenuhan gizi pada lansia dalam rangka untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran serta memperlambat timbulnya penyakit degenerative sehingga menjamin hari tua tetap sehat dan aktif.
Penyebab masalah yang sering dihadapi lansia adalah : penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna, rasa kurang nyaman saat makan karena gigi kurang lengkap, rasa penuh di perut dan sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus sehingga nafsu makan berkurang.
Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah : gizi berlebihan, gizi kurang, kekurangan vitamin atau sebaliknya kelebihan vitamin.
Kebutuhan nutrisi pada lansia :
1) Kalori
Kebutuhan kalori untuk pria : 2100 kalori, wanita : 1700 kalori. Dapat dimodifikasi tergantung keadaan lansia. Misalnya pada lansia gemuk atau kurus atau disertai dengan penyakit diabetes mellitus.
2) Karbohidrat
Kebutuhan KH = 60 % dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
3) Lemak
Lemak yang berlebih tidak dianjurkan karena dapat menghambat pencernaan dan menimbulkan berbagai penyakit. Kebutuhan lemak sekitar 15-20 % dari total kalori yang dibutuhkan.
4) Protein
Protein dibutuhkan lansia dalam rangka untuk mengganti sel-sel yang rusak, dan jumlah kebutuhan pada lansia 20-50 % dari total kalori yang dibutuhkan.
5) Vitamin, mineral dan air
Untuk kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya, sedangkan air yang dibutuhkan 6-8 gelas per hari.
Rencana makanan pada lansia :
1) Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
3) Berikan makanan yang mengandung serat.
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori (gula, makanan manis, minyak, makanan berlemak).
5) Membatasi minum kopi dan teh.
b) Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia
Penyebab kecelakaan pada lansia:
a. Fleksibilitas kaki yang berkurang
b. Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun
c. Pencahayaan yang berkurang
d. Lantai licin dan tidak rata
e. Tangga tidak ada pengaman
f. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak
g. Kehilangan kesadaran tiba-tiba (sinkope)
Intervensi untuk mencegah resiko kecelakaan :
Ø Untuk klien lansia
1. Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
2. Latih lansia untuk mobilisasi dengan cara pindah dari tempat tidur ke kursi.
3. Biasakan untuk menggunakan pengaman tempat tidur, jika sedang tidur.
4. Bila mengalami masalah fisik, misalnya pasien reumatik, latih klien untuk menggunakan alat bantu berjalan.
5. Bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang menggunakan obat penenang/diuretik.
6. Menggunakan kacamata jika berjalan atau melakukan aktifitas lain.
7. Usahakan ada yang menemani bila bepergian.
Ø Untuk lingkungan
1. Tempatkan klien di ruangan khusus dekat dengan ruangan kantor sehingga mudah diobservasi bila lansia tersebut dirawat.
2. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya.
3. Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
4. Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia dapat menempatkan alat-alat yang selalu digunakannya.
5. Upayakan lantai bersih, rata, dan tidak licin/basah.
6. Kunci semua peralatan yang beroda, yang digunakan lansia.
7. Pasang pengaman di kamar mandi atau beri pegangan.
8. Hindari lampu yang redup dan menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100 watt.
9. Jika pindah dari ruang terang ke gelap, ajarkan klien untuk memejamkan mata sesaat.
10. Gunakan sandal/sepatu yang beralas karet (hak sepatu tidak terlalu tinggi dan sempit).
11. Gunakan perabot yang penting saja di ruang lansia.
c) Kebersihan diri atau personal hygiene
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
a. Penurunan daya ingat
b. Kurangnya motivasi
c. Kebiasaan di usia muda
d. Kelemahan dan ketidakmampuan fisik
Masalah yang lain : Kecenderungan kebutuhan cairan dan elektrolit yang berkurang sehingga menyebabkan produksi keringat berkurang, kulit bersisik/kering.
Upaya intervensi yang dilakukan untuk membantu melakukan upaya kebersihan diri antara lain:
a. Mengingatkan/membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri.
b. Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung minyak atau berikan losion kulit.
c. Mengingatkan lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan menggunting kuku.
d) Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
Masalah yang sering terjadi : gangguan tidur
Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
a. Menyediakan tempat/waktu untuk tidur yang nyaman.
b. Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan.
c. Melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi).
d. Memberikan minuman hangat sebelum tidur, misalnya susu.
e) Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif
a. Masalah yang sering ditemukan : penurunan daya ingat, depresi, cepat marah, mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan karena hubungan interpersonal yang tidak adekuat.
b. Upaya yang dilakukan antara lain :
a. Berkomunikasi dengan lansia dengan cara kontak mata.
b. Memberikan stimulus/mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan.
c. Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia.
d. Memberikan kesempatan kepada lansia untuk mengekspresikan perasaan dan tanggap terhadap respons nonverbal.
e. Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia.
f. Menghargai pendapat lansia.
4. Tindakan Keperawatan
1) Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara memanggil nama klien.
2) Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah, hindarkan dari cahaya yang silau, penerangan di kamar mandi, dapur, dan ruangan lain sepanjang waktu.
3) Meningkatkan rangsangan pancaindra melalui buku-buku yang dicetak besar dan berikan warna yang dapat dilihat.
4) Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-foto, serta banyaknya jumlah kunjungan.
5) Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian yang sempit, mengikat/menekan, mengubah posisi, dukung untuk melakukan aktivitas, serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi.
6) Memberikan perawatan pernapasan dengan membersihkan hidung, melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan napas dalam (latihan batuk).
7) Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil tapi sering, beri makan yang menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan makanan yang disukai, makanan yang cukup cairan, banyak makan sayur dan buah, berikan makanan yang tidak membentuk gas, serta sikap fowler waktu makan.
8) Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia dengan menjelaskan dan memotivasi klien untuk BAK tiap 2 jam serta observasi jumlah urine pada saat akan tidur.
9) Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun yang mengandung lemak, hindari menggosok kulit dengan keras, potong kuku tangan dan kaki, hindari menggaruk dengan keras, serta berikan lotion untuk kulit.
10) Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan latihan aktif/pasif.
11) Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk memelihara rasa saling percaya, berikan penghargaan, serta bersikap empati.
12) Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur tetap dipasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak berantakan dan licin, bantu untuk berdiri.
5. Evaluasi Keperawatan
Perawat harus mengevaluasi secara terus menerus respons klien dan keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk tercapainya tujuan dan memperbaharui data, diagnosis keperawatan, serta rencana keperawatan jika tindakan keperawatan yang dilakukan belum mencapai tujuan yang diharapkan. Evaluasi dibuat dalam catatan perkembangan menggunakan SOAP (subjektif, objektif, analisis, perencanaan).
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal, SKM, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : CV. SAGUNG SETO.
Mubarak, Wahit Iqbal, SKM, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Nugroho, H. Wahjudi, B.Sc., SKM. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Tamher, S. & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Watson, Roger. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar